Agama dan Masyarakat

Hasil gambar untuk religion         Sumber:blog.ipleaders.in

AGAMA

Agama= religon(inggris) diambil dari bahasa latin re dan ligare “mengikat kembali”

  • Emile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berkaitan dengan hal yang suci.
  • Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

 

Fungsi Agama menurut Jalaluddin terdapat 7 fungsi

  1. Fungsi Edukatif = ajaran agama yang berfungsi menyuruh /mrngajak dan melarang hal-hal yang baik adan benar , dan terbiasa dengan perbuatan yang baik dan benar menurut ajaran agama masing-masing.
  2. Fungsi Penyelamat= dimana pun manusia berada , dia selalu menginginkan dirinya selamat ,baik selamat dunia maupun akhirat.
  3. Fungsi Perdamaian = melalui tuntutan agama, seorang/sekolompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan dirisendiri, sesama , semesta , dan Allah.
  4. Fungsi Kontrol sosial = ajaran agama membentuk penganutnya smakin peka terhadap masalah -masalah sosial, seperti kemaksiatan , kemiskinan , keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan.
  5. Fungsi pemupuk rasa solidaritas = fungsi ini membentuk persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar civil society
  6. Fungsi Pembaharuan = ajaran agama yang dapat memperbaharui pribadi
  7. Fungsi Kreatif = Fungsi ini menopang dan mendorong funsgi pembaharuan untuk mengajak umat bergama bekerja produktif dan inovatif , tidak hanya bagi diri sendiri , tetapi juga bagi orang lain.
  8. Fungsi Sublimatif= ajaran agama menyucikan segala usaha manusia bukan saja yang bersifat ikhrawi , melainkan juga bersifat duniawi.

 

Dimensi Komitmen Agama

Menurut Roland Robertson dimensi komitmen agama terbagi menjadi:

• Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/ harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
• Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
• Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
• Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
• Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu.

 

3 Tipe Kaitan Agama Dengan MasyarakatHasil gambar untuk agama dimasyarakatkalteng.kemenag.go.id

Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:

1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral

Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.

2. Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang

Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara tertentu.

3. Masyarakat- masyarakat industri sekular

Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.

 

Pelembagaan Agama

Agama begitu universal, permanen (langgeng) dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Dan terbentuklah organisasi keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang semula terbentuk dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi organisasi kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya.

 

 

Konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama baik antar sesama agama itu sendiri, maupun antar agama satu dengan agama lainnya.

  1. Contoh Konflik Agama

Contoh konflik

  1. Tahun 1996, 5 gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman.
  2. Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebut. Dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
  3. Perbedaan pendapat antar kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
  4. Perbedaan penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing – masing umat.

MUI Imbau Antar Umat Beragama Tetap Jaga Hubungan Baik

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas, menyampaikan, Price Water House Cooper dalam hasil kajiannya telah memprediksi dan menyimpulkan bahwa Indonesia pada tahun 2050 akan menjadi salah satu negara adikuasa dan atau terbesar keempat produk domestik brutonya di dunia setelah China, Amerika Serikat, dan India.

Namun, benarkah bangsa ini akan bisa mencapai the gloriousera tersebut? Hal ini, kata Anwar, tentu sangat tergantung pada upaya yang dilakukan secara bersama-sama sebagai anak bangsa.

“Dan salah satu hal penting yang harus kita jaga dan pelihara adalah masalah persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa,” ujarnya kepada hidayatullah.com Jakarta, Senin (31/12/2018).

“Apalagi bangsa kita ini dikenal sebagai bangsa yang sangat plural baik dari suku, agama, ras, dan kelompok atau golongan.” Sehingga itu membuat potensi konflik dan perpecahan di antara masyarakat jadi sangat tinggi.

Tapi Anwar melihat secara umum toleransi antar umat beragama sudah berjalan baik di Indonesia.

Ia mengingatkan, kalau bangsa Indonesia tidak menyadari hal ini dan tidak pandai-pandai dalam mengelolanya, terutama dalam masalah yang menyangkut perbedaan dalam agama, maka bukan mustahil perbedaan-perbedaan tersebut akan bisa memicu terjadinya konflik dan perpecahan diantara warga bangsa.

“Oleh karena itu, dalam momentum pergantian tahun ini, MUI mengimbau semua pihak apapun agamanya untuk menjaga hubungan baik antara para pemeluk agama yang sudah terbangun selama ini dengan meningkatkan dialog dan saling pengertian diantara para pemeluk agama,” ajak Anwar.

Dan kalau ada hal-hal yang berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan di antara para pengikut agama, maka sarannya, masalah itu hendaknya cepat-cepat diatasi.

Sebab kalau terlambat diatasi, kata Anwar mengingatkan, “Maka dia ibarat api. Dia akan cepat menjalar sehingga tidak mustahil akan memporak porandakan bangunan dari rumah bangsa yang sudah dengan susah payah kita dirikan. Seperti kata-kata hikmah yang ada, padamkan api ketika masih kecil.”

Anwar kembali mengingatkan, jangan menunggu masalahnya meruyak dan menjalar ke mana-mana. Sebab menyelesaikannya jadi tidak mudah dan biayanya sangat besar.

Dalam momen pergantian tahun ini, MUI mengimbau semua pihak untuk menghormati akhlak dan etika serta ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terkait dengan masalah hubungan antar umat beragama.

Karena dengan itulah, menurut Anwar, ketenangan dan kedamaian akan bisa ditegakkan dan diwujudkan.

“Mudah-mudahan dengan demikian dan dengan niat baik kita bersama, NKRI yang kita cintai ini akan tetap utuh sehingga zaman keemasan dari negeri ini seperti yang sudah diprediksi oleh para ahli tersebut akan dapat cepat tiba dan kita nikmati bersama,” harapnya.* Andi

Sumber :

 

Tania Kharismaya,https://taniakharismaya.wordpress.com/2013/12/01/dimensi-komitmen-agama/

Andik Wahyun Muqoyyidin,POTRET KONFLIK BERNUANSA
AGAMA DI INDONESIA,Analisis, Volume XII, Nomor 2, Desember 2012.
kalteng.kemenag.go.id

Tinggalkan komentar